MAKALAH
Disusun Oleh:
Krinus Mayau
Mata
Kuliah : Sosiologi Komunikai
Dosen
Pengampu :
Josina Riruma, M.Th
Prodi
: Komunikasi Kristen
INSTITUT INJIL INDONESIA
KOTA WISATA BATU, NOVEMBER 2016
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Seperti
yang telah kita ketahui bersama bahwa terdapat banyak ragam model komunikasi di
Indonesia maupun diluar indonesia.
Setiap penjuru nusantara memiliki gaya komunikasi dengan ciri khas
tersendiri. Hal ini terjadi karena bahasa daerah turut mempengaruhi
perkembangan model komunikasi Indonesia.
Keberagaman gaya
komunikasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia akan tetapi terjadi secara
global. Sebagai contoh bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional memiliki
banyak gaya. Misalnya, United Kingdom style, United States style, Australian
style.
Untuk
memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif
dalam Effendy (1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali
mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The
Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan
bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab
pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What
Effect?[1] Paradigma
Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan
itu,yaitu:
Ø
Komunikator (siapa yang mengatakan?)
Ø
Pesan (mengatakan apa?)
Ø
Media (melalui saluran/ channel/media apa?)
Ø
Komunikan (kepada siapa?)
Ø
Efek (dengan dampak/efek apa?).
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Pengertian komunikasi
2.
Pengertian model komunikasi
3.
Fungsi dan model komunikasi
4.
Macam-macam model komunikasi
5.
Hambatan dalam model komunikasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi adalah suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.[2]
Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa
nonverbal.[3]
B. PENGERTIAN MODEL KOMUNIKASI
Model
Komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang
memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya.[4]
David Crystal dalam bukunya A Dictionary of Linguistics Phonetics kerap
memodelkan komunikasi melalui definisi, komunikasi terjadi ketika informasi
yang sama maksudnya dipahami oleh pengirim dan penerima. Sedangkan Edmondson
dan Burquest mengatakan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi berisi jenis-jenis
kode yang dikomunikasikan melalui suatu proses encoding suatu konsep yang akan
disandi balik melalui proses decoding.[5]
C. FUNGSI DAN MODEL KOMUNIKASI
Menurut Gorden Wiseman dan Larry Barker
mengemukakan bahwa ada tiga fungsi model komunikasi yang pertama melukiskan proses komunikasi, kedua, menunjukkan
hubungan visual, dan ketiga, membantu
dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunkasi. [6]
D. MACAM-MACAM MODEL KOMUNIKASI
Terdapat ratusan model-model komunikasi yang
telah di buat para pakar. Kekhasan suatu model komunikasi juga dipengaruhi oleh
latar belakang keilmuan (pembuat) model tersebut, paradigm yang digunakan,
kondisi teknologis, dan semangat zaman yang melengkapinya. Dibawah ini
model-model komunikasi yang sangat popular.
1) Model S-R
Model Stimulus respons (S - R) adalah model komunikasi paling dasar.
Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran
behavioristic. Model tersebut menggambarkan hubungan stimulus – respons. Model
ini menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi reaksi yang sangat sederhana.
Model S-R mengabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang berkenaan
dengan factor manusia. Secara implisit ada asumsi dalam model S-R ini bahwa
perilaku (respons) manusia dapat diramalkan. Ringkasnya, komunikasi dianggap
statis, manusia dianggap berprilaku karena kekuatan dari luar (stimulus), bukan
berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemampuan bebasnya. Model ini lebih
sesuai bila diterapkan pada sistem pengendalian suhu udara alih-alih pada
prilaku manusia. [7]
2) Model Lasswell
Model komnikasi ini, merupakann ungkapan verbal yakni who (siapa), say
what (apa yang dikatakan ), In Which Channel (salauran komunikasi), To Whom
(kepada siapa), With What Effect? (unsure pengaruh).model ini kemukakan oleh
Harolld laswel tahun 1948 yang menggambarkan proses komunikasi dan
fungsi-fungsi yang diembannya dalam masyarakat dan merupakan model komunikasi
yang paling tua tetapi masih digunakan orang untuk tujuan tertentu. [8]
3) Model Shannon dan Weaver
Salah satu model awal komunikasi dikemukakan Claude Shannon dan Warren
Weaver dalam buku The Mathematical Theory of Communication. Model ini
menjelaskan bahwa komunikasi merupakan informasi sebagai pesan ditransmisikan
dalam bentuk pesan kepada penerima (reciever) untuk mencapai tujuan komunikasi
tertentu yang dalam prosesnya memliki kemungkinan terjadinya noise atau
gangguan Model Shannon dan Weaver ini menyoroti problem penyampaian pesan
berdasarkan tingkat kecermatannya. Model itu melukiskan suatu sumber yang
menyandi atau menciptakan pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran
kepada seorang penerima yang menyandi balik atau mencipta ulang pesan tersebut.
Dengan kata lain, model Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi
menghasilkan pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang
dimungkinkan. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai
dengan saluran yang digunakan. Saluran (channel) adalah medium yang mengirimkan
sinyal (tanda) dari transmitter ke penerima (receiver). Dalam percakapan,
sumber informasi ini adalah otak, transmitternya adalah mekanisme suara yang
menghasilkan sinyal (kata-kata terucapkan), yang ditransmisikan lewat udara
(sebagai saluran). Penerima (reciever), yakni mekanisme pendengaran, melakukan
operasi sebaliknya yang dilakukan transmitter dengan merekonstruksi dari
sinyal, sasaran (destination) adalah (otak) orang yang tujuan pesan itu.
Model Shannon dan Weaver
dapat diterapkan kepada konteks-konteks komunkasi lainnya seperti komunikasi
antarpribadi, komunikasi public atau komunikasi massa. Sayangnya model ini juga
memberikan gambaran yang parsial mengenai proses komunikasi. Komunikasi
dipandang sebagai fenomena statis dan satu arah dan juga tidak ada konsep umpan
balik atau transaksi yang terjadi dalam penyandian dan penyandian balik dalam
model tersebut.[9]
4) Model Gerbner
Model dari Gebner lebih kompleks dibandingkan model dari Shannon dan
Weaver, namun masih menggunakan kerangka model proses linier. Kelebihan model
Gerbner dibandingkan milik Shannon dan Weaver ada dua, yaitu modelnya menghubungkan
pesan dengan realitas dan konteks (about) sehingga membuat kita bisa mendekati
pertanyaan mengenai persepsi dan makna, dan model ini memandang proses
komunikasi terdiri dari dua dimensi berbeda, dimensi persepsi atau penerimaan,
dan dimensi komunikasi atau alat dan kontrol. [10]
5) Model Berlo
Sebuah model lain yang di kenal luas adalah model model David K. Berlo,
yang ia kemukakan pada tahun 1960. Model ini di kenal dengan model SMCR,
kepanjangan dari Source (sumber), Message (pesan), Channel (saluran),
dan Receiver (penerima). Bagaimana dikemukakan Berlo, sumber adalah
pihak yang yang menciptakan pesan, baik seseorang ataupun suatu kelompok. Pesan
adalah terjemahan gagasan kedalam suatu kode simbolik, seperti bahasa atau
isyarat, saluran adalah medium yang membawa pesan dan penerima adalah orang
yang menjadi sasaran komunikasi. [11]
Dalam situasi tatap
muka, kelompok kecil dan komunikasi public (pidato), saluran komunikasinya
adalah udara yang menyalurkan gelombang suara. Dalam komunikasi massa terdapat
banyak saluran televisi, radio dan lain sebagainya. Model Berlo juga melukiskan
beberapa faktor pribadi yang mempengaruhi proses komunikasi : proses
keterampilan berkomunikasi, pengetahuan system sosial dan lingkungan budaya
sumber dan penerima. Menurut model Berlo, sumber dan penerima pesan dipengaruhi
oleh faktor-faktor: keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, system sosial,
dan budaya. Pesan dikembangkan berdasarkan elemen, struktur, isi, perlakuan,
dan kode. Salah satu kelebihan model Berlo adalah bahwa model ini tidak
terbatas pada komunikasi public atau komunikasi massa namun juga komunikasi
antar pribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis.
E.
HAMBATAN DALAM MODEL KOMUNIKASI
Hambatan dalam model komunikasi adalah sesuatu masalah yang menjadi
faktor penghambat jalannya proses model komunikasi. Hambatan itu bisa melalui dengan alat yang
digunakan dalam prosesnya jalannya model komunikasi. Hambatan-hambatan itu antara lain sebagai
berikut:
1. Hambatan fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu model komunikasi yang efektif, cuaca
gangguan alat komunikasi, dll. Misalnya :gangguan kesehatan,gangguan alat
komunikasi dan sebagainya.
2.
Hambatan semantik
Kata-kata
yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang
berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima.[12]
3. Hambatan psikologis
Hambatan spikologis sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi,
misalnya: perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan
penerima pesan.[13]
A.
KESIMPULAN
Dari
pokok pembahasan makalah ini, maka Tim penulis menarik kesimpulan antara lain:
ü Komunikasi
adalah suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok,
organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar
terhubung dengan lingkungan dan orang lain.
ü Menurut Gorden Wiseman dan Larry Barker
mengemukakan bahwa ada tiga fungsi model komunikasi
·
melukiskan proses komunikasi
·
menunjukkan hubungan visual
·
membantu dalam menemukan dan memperbaiki
kemacetan komunkasi.
[2] Ruben
Brent D dan Lea P Stewart. Communication
and Human Behavior. United States: Allyn and Bacon (2006)hlm 37
[3] Komala, Lukiati Ilmu
Komunikasi: Perspektif, Proses, dan Konteks. Bandung:Widya Padjadjaran.(2009)hlm
45
[4] Arni Muhammad, Komunikasi
Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 5.
[5] Alo Liliweri, Komunikasi
Serba ada Serba Makna (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hlm. 78.
[9] Deddy Mulyana, Ilmu
Komunikasi, (Bandung: PT. Remajarosdakarya, 2005). Hlm 143-150
[11] Deddy Mulyana, Ilmu
Komunikasi, (Bandung: PT. Remajarosdakarya, 2005). Hlm 137
[12] Suryani. , Komunikasi Terapeutik:Teori dan Praktik
. Jakarta : 2005. Hlm 27