Rabu, 14 Oktober 2015

KONFLIK PAPUA



 LATAR BELAKANG  KONFLIK
 MULAI PERANG
Tanah Papua merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang masih menyimpan berbagai macam permasalahan sosial. Salah satu masalah sosial yang sampai sekarang telah ada dan masih terjadi adalah konflik sosial. Suku dani ini juga dari Wamena dan Suku Mony ini juga dari  Intan Jaya di timika ini bukan mereka punya kabupaten tapi Asli Mimika ini adalah suku Amunngme Dan Kamoro. Suku amungme ini terletak di bagian Gunung, sedangkan suku KAMORO ini terletak di 
 bagian Pantai.
 

 Orang Yang Dapat Tempak

Terjadinya masalah
1.      Persinahan
 Masalah persinahan atau perselingkuhan, pembunuhan, kematian tidak wajar, dan rasa dendam yang mendalam merupakan salah satu penyebab perang suku di daerah Pedalaman Papua. Disamping itu konflik internal antar suku yang terjadi di waktu lampau juga menjadi salah satu faktor penyebab perang suku dan kelompok di daerah pedalaman papua  yang dapat menyebabkan kerugian secara fisik maupun materi lainnya.  Konflik sosial yang ada di daerah ini sering disebut sebagai perang suku atau Dani wim dan Amungme wem, sebab perang suku yang terjadi adalah antara suku-suku asli Papua yang mendiami daerah tersebut yaitu Suku Dani, Suku Nduga, Suku Dem,  Suku Damal/ Amungme, Suku Moni, Suku Wolani serta Suku Ekari/Me, dan suku-suku lainnya. Suku-suku tersebut merupakan suku-suku yang mempunyai tradisi perang yang sangat kuat.
2.      Masalah Tanah
 Terjadiny perang ini karena Kabpaten mmika ini merupakan daerah orang lain tetapi  suku Dany dan Mony ini juga daerah juga sendiri tetapi suku moni ini masuk di salah satu lokasi yang  disebut dengan Jayanti distrik Kuala kencana. Sebab disitupun suku  Dany ini juga masuk ternyata mereka Perang antarsuku.
Berlangsung  di bumi Papua Kali ini Suku Dani dan Suku Moni yang terlibat saling serang dan membuat Kampung Mimika Gunung, Jayanti, Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika mencekam sejak Jumat 7 Maret 20015

Perang dipicu sengketa lahan pada Selasa 4 Maret lalu. Sebanyak 4 orang dari kedua suku tewas dalam peperangan ini. Sementara ratusan orang lain menderita luka-luka akibat benda tajam.
 
"Saya harap dengan meninggalnya satu orang lagi, situasi di tempat kejadian tak kembali perang."

Personel kepolisian pun disiagakan demi mengantisipasi terulangnya kembali serangan susulan. Aparat telah ditempatkan di lokasi tempat tinggal kedua suku.

"Kami terus berupaya agar perang suku tak lagi terjadi. Hingga saat ini sudah ada 9 saksi yang dimintai keterangan," ujarnya.

Sejak 4 Maret lalu, perang terus terjadi di kampung yang dihuni sekitar 300-an orang pada masing-masing suku itu. Padahal pada awal Februari 2014 lalu, kedua suku sepakat untuk mengakhiri perang dengan perdamaian patah panah.  

DAMAL PAUA ADALAH SUKU KU




I.     LATAR BELAKANG  SUKU DAMAL


Sejarah Asal Usul dan kebudayaan Suku Damal Asal Beoga Papua. Suku Damal adalah salah satu dari beberapa suku di papua yang bermukim di pegunungan Papua. Mereka menggunakan bahasa Damal sebagai bahasa hari-hari. Konon masyarakat suku Damal pada zaman dahulu telah memasak makanan dengan menggunakan api.

Mereka membuat api dengan cara unik. Yaitu menggunakan “Hagan”. Hagan adalah kayu kecil kering yang dibela tengah. Agar menghasilkan api mereka menggunakan tali rotan yang kering, tali rotan dijepit dengan kaju kering yang tengahnya dibela itu, lalu ke dua ujung tali rotannya di tarik terus menerus hingga gesekan antara tali rotan dan kayu mulai panas, kemudian panas itu mengeluarkan asap sampai tali rotan itu putus dan menghasilkan api. 
A. Arti Suku Damal
Masyarakat Damal menyebut dirinya sebagai “Damalme”. Damalme terdiri dari dua kata yaitu “me” berarti “manusia”, sehingga Damalme secara harfiah bisa diartikan sebagai “manusia Damal” atau “orang Damal”. Damalme atau orang Damal dilaporkan keberadaannya untuk pertama kali oleh para penyelidik Belanda, yaitu J.V. de Bruyn dan kawan-kawan, yang mendekati orang Damal dari kawasan danau-danau Wisselmeren. Sebelumnya, suku Damal pernah dikunjungi oleh ekspedisi Carstensz dari Inggris di bawah pimpinan Wollaston, dan pada 1936 oleh ekspedisi Carstensz yang dipimpin Dr. Colijn.
B.  Sejarah

Sejarah asal usul orang Damal hanya bersumber dari cerita legenda rakyat setempat. Menurut cerita legenda tersebut orang Damal berasal dari daerah ‘Mepingama’ Lembah Baliem Wamena. Hal ini dapat ditelusuri dari kata ‘kurima’. Kurima merupakan sebuah desa yang dipercaya sebagai tempat pertama kali nenek moyang orang Damal berkumpul dan "Hitigima’ yang berarti nenek moyang orang Damal pertama kali mendirikan honai dari alang-alang.

Kurima merupakan tempat para pendiri berbagai suku tinggal hingga mereka meninggalkan kurima satu persatu menju ke arah barat. Yang pertama meninggalkan kurima adalah orang Mee, lalu diikuti oleh suku ‘Moni’ setelah itu suku Damal dan suku Dani. Kemudian suku Damal Memasuki Daerah Ilaga dan Beoga dan mulai juga memasuki daerah Ilop yang sekarang disebut Ilaga dan Beoga. Daerah Beoga ini merupakan pusatnya suku Damal, mereka mendiami di sepanjang sungai Beogong dari hilir sampai dengan hulu.

Dari daerah Beoga dan Ilaga inilah suku Damal kemudian menyebar ke Jila, Alama, Bella, Stinga, Hoeya, Temabagapura ( kampung Waa), Aroanop, Timika, dan Agimuga dan secara turun-temurun hidup menetap.

Mereka percaya bahwa mereka merupakan keturunan pertama dari anak sulung nenek moyang bangsa manusia. Mereka hidup di sebelah utara dan selatan pegunungan kartens dan juga di sepanjang sungai Nogolonogong (Mambramo)


C. Demografi

Penduduk asli daerah Beoga adalah orang Damal. Pembagian menurut marga Damal yang memiliki hak ulayat di daerah Ilaga adalah marga Magai yang menduduki daerah mulai dari kali Kungnomun sampai Owinomun.

Marga Alom menduduki daerah mulai dari Namungku Wanin sampai Towengki. Marga Murib (mom)menduduki daerah Towengki dan bagian muarah kali Ilogong menduduki oleh Hagabal, Dang, dan Dewelek. Mualai dari Tagaloan sampai kelebet didiami oleh marga Kiwak. Daerah yang pertama kali didiami orang Damal adalah Ilaga dan Beoga yang merupakan pusat perkembangan orang Damal.

Masyarakat Damal menyatu dengan alam, mereka sulit sekali untuk merantau di daerah suku kerabat lainnya. Mereka sangat mencintai daerah mereka sebagai pemberian sang pencipta yang berlimpah dengan kekayaan alam yang begitu subur, dan menyimpan mutiara kehidupan.
Gunung-gunung dan lembah-lembah menyimpan kekayaan alam seperti tambang, emas, perak, tembaga, minyak bumi, kayu gaharu, hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan. Alam tempat tinggal mereka menyediakan berbagai bahan sandang dan pangan untuk menyambung kehidupan mereka.



Mata pencaharian orang Damal, terutama adalah berburu dan bertani. Selain itu, orang Damal masih mengenal konsep meramu atau mengumpulkan makanan dari alam (umumnya buah-buahan), serta berternak babi.
Babi adalah hewan ternak yang sangat penting dan akrab dengan keseharian hidup masyarakat Damal. Babi berfungsi sebagai alat tukar
 C. Sub Suku Damal

Dari suku Damal ini terpecah menjadi dua suku bangsa, yaitu :

1. Suku Damal yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Puncak Papua, Ilaga dan Beoga.

2. Suku Amungme yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Mimika, dan anak sukunya adalah suku Delem yang hidup dan bertempat tinggal di sepanjang sungai Mambramo.

Mereka ini hanya satu suku dan satu nenek moyang namun satu dengan lain hal mereka terpecah. Suku Delem dan Amungme adalah anak suku dari suku Damal. Sebenarnya suku Delem ini gabungan dari tiga suku, yaitu suku Damal, suku Dani, dan suku Wonno.


D. Marga
. Suku Damal mengenal dan menggunakan konsep persaudaraan luas atau marga. Dibawah ini adalah marga-marga masyarakat Damal serta lingkungan tinggalnya yang diatur secara adat (hak ulayat):
Magani, yakni marga yang mendiami daerah  Beoga, mulai dari Nungai.

1.      Numang, yakni marga yang mendiami daerah, mulai dari Jenggeren sampai Kilunogoma.
2.      Kum Uamang, Wandagau, Kelabatme, yakni marga yang mendiami daerah Mugulib sampai Jugulogoma.
3.      Buliwal,Mangga, keduanya  merupakan marga yang berdiam di Ampobera.
4.      Magai, Murib yang berdiam, mulai dari Milawak.
5.      Tenbak, Omabak, yakni berdiam di danggibuma sampai O kailo nerep.
6.      Murib, Kulla, yakni berdiam di dambet sampai WOnalbe.
7.      Kiwak, Dang, Newegalen,  berdiam di daerah wantibet samapai kelandiruma.
8.      Weawona berdiam di Gimurik sampai Pubet.
9.      Murib, kulla, humawak, yakni mendiami di Puluk